testing

Hedonisme Mahasiswa

Agent of change, social control, dan iron stock adalah tiga kalimat yang disandang mahasiswa. Seperti sebuah More

testing

Realita Kebangkitan Nasional

Berawal dari Dr. Wahidin Soedirohoesodo yang merupakan pemuda tamatan STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen) atau More

testing

Mahasiswa Harus Punya Pergerakan

“Pergerakan Tidak Akan Berhenti Sampai Aku Mati” Layaknya More

testing

Posting Duit Orang

Pagi ini gue UAS Pengantar Akuntansi, sebuah mata kuliah yang agak kurang gue suka. Jujur, gue lebih suka kata - kata daripada angka - angka kaya More

testing

Pragmatisme Masyarakat Pada Pemilu

Dinamika politik sangat terasa ketika memasuki tahun 2014, yang merupakan tahun politik. Begitu banyak problematika yang More

Selasa, 18 November 2014

Entrepreneur Untuk Kemandirian

Seseorang yang dikatakan mandiri bisa dilihat dari kemampuan dalam memenuhi kebutuhannya dengan usaha yang dilakukan tanpa mengandalkan orang lain. Sebuah kemandirian mengharuskan seseorang membayar harga untuk mencapainya, bukan hanya harga dalam bentuk materi, tetapi harga dalam bentuk non-materi pun harus terbayar.

Harga berbentuk non-materi merupakan syarat utama untuk dapat mencapai sebuah kemandirian. Tenaga, waktu, fikiran, serta motivasi yang tinggi merupakan beberapa komponen harga yang harus dibayarkan untuk mencapai kemandirian. Kemandirian dalam hal ini tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan sendiri dengan usaha sendiri, tetapi juga dapat memenuhi kebutuhan orang lain dengan usaha yang kita lakukan.

Salah satu kemandirian yang dapat memenuhi kebutuhan sendiri dan juga kebutuhan orang lain adalah entrepreneur. Namun pada kenyataannya masyarakat Indonesia tidak banyak yang memiliki sifat entrepreneur. Hal ini terbukti dari banyaknya jumlah pendaftar Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberitakan oleh Liputan 6 SCTV yaitu 2.603.780 orang. Lebih dari dua juta orang ingin menjadi pegawai dengan asumsi bahwa menjadi pegawai terutama pegawai negeri sipil akan mendapatkan keamananan finansial. Tidak perlu repot memikirkan bagaimana mencari uang, uang akan datang setiap bulan secara rutin.

Pola fikir seperti inilah yang membuat Indonesia juga menjadi tidak bisa mandiri, bagaimana bisa mandiri jika mayotitas masyarakatnya hanya mengandalkan uluran tangan dari pemerintah melalui lowongan pekerjaan yang sedang dibuka dan akan dibuka.

Pola fikir mayoritas masyarakat Indonesia harus dirubah dari pencari menjadi penyedia. Ketika ini sudah berhasil, maka dapat dipastikan bahwa Indonesia bisa mandiri dan memiliki masyarakat yang sejahtera.

Oleh karena itu penanaman jiwa entrepreneur harus dilakukan sejak dini. Melalui entrepreneur akan tercipta sebuah karya-karya luar biasa yang dapat menciptakan sebuah kemandirian. Kemandirian hidup, kemandirian ekonomi, serta kemandirian Negara dalam cakupan yang lebih luas.

Menanggapi persoalan ini, pemerintah sudah mulai mengatasi dengan kurikulum 2013 yang memasukkan mata pelajaran kewirausahaan dijenjang SMA. Menurut Raja Sapta Oktohari yang merupakan ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), hal ini merupakan hal baik karena jiwa-jiwa muda Indonesia sudah dijejali untuk mengetahui pentingnya finansial, serta pentingnya memanajemen keuangan.

Selain upaya dari pemerintah, perlu upaya dari orang tua serta elemen masyarakat untuk menanamkan jiwa entrepreneur sejak dini. Lingkungan yang bernafas entrepreneur akan memberikan kontribusi besar terhadap lahir dan tumbuhnya jiwa-jiwa entrepreneur.

Kesulitan akan selalu ditemui dalam menjadi entrepreneur, karena merupakan salah satu harga yang harus dibayarkan untuk dapat menjadi entrepreneur dan menjadi mandiri. Kesulitan tersebut harus dilawan dengan motivasi-motivasi untuk menjadi seorang entrepreneur. Mengutip kata-kata Albert Einstein “winners never quit, quitters never win”. Ketika dalam tahap mencapai entrepreneur mendapat hambatan-hambatan, lawan selalu hambatan tersebut dengan semangat yang tinggi.

Menumbuhkan semangat entrepreneur juga perlu dilakukan oleh kalangan mahasiswa yang notabene adalah agent of change, agen of social control, iron stock. Sebagai mahasiswa, selalu mendapat tuntutan untuk mandiri merupakan hal yang wajar, terutama kemandirian dalam belajar.

Namun selain kemandirian dalam belajar, mahasiswa dituntut untuk dapat mandiri dalam kehidupan nyata, baik sosial maupun ekonomi. Oleh karena itu, mahasiswa harus memiliki jiwa entrepreneur untuk mendapat kemandirian tersebut.

Kesibukan dengan tugas perkuliahan menjadi salah satu alasan mahasiswa melupakan tugasnya untuk dapat mandiri secara sosial maupun ekonomi. Kesibukan tersebut merupakan sebuah alasan yang sebenarnya tidak dapat diterima, karena disela kesibukan selalu ada waktu untuk beristirahat. Manajemen waktu perlu ditekankan dalam hal ini. Ada istilah dari kalangan entrepreneur yaitu “Time is money”. Jadi, pergunakanlah waktu dengan efektif dan efesien serta produktif.

Selasa, 11 November 2014

Pembantaian Seorang Penulis

Pagi yang gak seberapa cerah itu menantiku mempresentasikan sebuah karya. Sebuah karya yang telah aku ciptakan dengan harapan mendapat hasil yang maksimal. Yaa ... karya tulis. Sebuah hobi tulis menulis yang sudah aku geluti semenjak masuk sekolah tingkat atas dipenghujung kelulusan. Entah kenapa tiba-tiba aku menjadi gemar menulis. Padahal, laporan praktikum selama sekolah aku kerjakan dengan sedikit merevisi laporan praktikum dari Diana, atau biasa disebut dengan istilah copy paste.

Cukup lupakan sejenak latar belakang yang tidak melatar belakangiku memiliki hobi menulis. Aku ingin berbagi pengalaman ketika aku dibantai habis-habisan oleh seniorku di Unit Kegiatan Mahasiswa yang bergerak dibidang penulisan karya-karya ilmiah.

*****

Aku sedikit berlari dengan alasan memperkecil waktu telatku. Pintu ruangan gedung C Fakultas Ekonomi perlahan kubuka, sedikit melirik kedalam ruangan. "Alhamdulillah, acaranya belum dimulai"
Jabat hangat bertemu senior-seniorku ketika aku berjalan memasuki ruangan.

"Sudah selesai zal?" Tanya ketua umum saat aku tengah menghampirinya dan menjabat tangannya
"Sudah kak" Tiga buah hardcopy karyaku kuberikan padanya

Detik-detik suara jam dinding berputar dengan konsisten. Satu demi satu para peserta datang dengan berbagai karyanya. Sudah cukup lama menunggu mereka hingga matahari hampir tegak sepenuhnya.

Untuk menentukan siapa yang akan maju pertama, kami para peserta adu permainan batu kertas gunting. Dan alhasil kekalahan menimpaku. Aku pun harus rela untuk maju pertama.
Oke fikirku inilah saatnya menampilkan karya yang telah aku buat dengan susah payah, tanpa ada campur tangan dari Diana. yang biasanya karyanya selalu aku revisi dan klaim.

"Pengentasan Pengangguran melalui Usaha Kecil Menengah" itulah judul karyaku, sebuah karya yang sudah aku persiapkan matang-matang. Slide demi slide perlahan tapi pasti silih berganti beriringan dengan penjelasan dariku sebagai pemateri. Hingga diujung slide sebuah video dokumenter tentang dampak-dampak pengangguran di negeri yang kaya ini, iya ... Indonesia.

"Sekian materi dari saya, saya persilakan kepada audiences untuk dapat melontarkan pertanyaan atau kritik dan saran yang sifatnya membangun" Kalimat penutup sekaligus pembuka untuk sesi selanjutnya dari termin pertama, termin materi.

"Oke Erzal, baru pertama kali menulis? sebuah pertanyaan dari juri I yang sempat membuatku terdiam.
Dengan sedikit terbata-bata, sebuah jawaban muncul dari mulutku "Nggak kak, tapi saya jarang menulis"
Sedikit jujur dengan juri membuatku menyadari betapa kecil pengorbananku untuk meraih impianku, yaitu untuk menjadi penulis.

"Tulisan kamu sudah cukup bagus, namun banyak kesalahan yang kamu perbuat. Kenapa ini setelah angka ada sub dengan angka lagi? Ini kesalahan yang sangat fatal dalam sebuah penulisan karya ilmiah. Kenapa ini ...."
Sebuah kata tanya "kenapa" muncul berkali-kali menghantam menujuku yang setengah duduk dan berdiri karena sedikit gerogi. Mungkin kata tanya ini jika bisa dijual aku akan mendapat banyak keuntungan.

"Cukup itu saja dari saya" Kalimat tanpa dosa keluar dari salah seorang juri yang telah menembakiku dengan senapan sniper berkali-kali membuatku semakin lemas.

"Itu lebih dari sekedar cukup kaaaaaak" batin ini mencoba memberontak namun tak berdaya.

Juri II dan juri III pun tak mau kalah dengan juri pertama. Sebuah Shot Gun tepat mengenai kepalaku, membuatku pusing dengan pertanyaan-pertanyaan yang aku pun tak tau harus menjawab apa. Hingga kalimat-kalimat tak bermakna pun keluar dengan sendirinya.

Puas dengan tembakan-tembakan jitunya, para juri pun diam menyaksikanku tetap didepan dengan bersimbah darah tak berwarna, dengan sedikit kandungan garam, atau yang sering disebut dengan keringat.

"Terimakasih kepada dewan juri atas pertanyaan, kritik dan sarannya. Ada lagi yang ingin memberikan pertanyaan ataupun kritik dan saran?

"Erzal ..." Salah seorang audience siap dengan samurainya.
"Ini tulisan kamu sama judul yang kamu berikan nggak ada kaitan sama sekali. Judulnya tentang usaha kecil menengah, tapi saya lihat tidak sedikit pun kamu menyinggungnya. Mana usaha kecil menengahnya? Dari tadi kamu hanya menceritakan teori tanpa dasar"

Sabetan pertama langsung tepat merobek jantungku, membuat aliran keringat mengucur semakin deras.
"Ini juga, ini kok seperti ini? ini apa lagi?" ini dan itu, ini dan itu, selalu salah.

Didalam relung hatiku yang terdalam aku bertanya pada diri sendiri
"apakah hasil ini sebanding dengan usahaku?"
Aku tetap terima dengan lapang dada, kritik saran serta pertanyaan-pertanyaan tersebut semuanya bersifat membangun. Walaupun penyampaiannya membuat tubuhku kaku.
Aku pun tak ambil hati, aku jadikan sebuah motivasi untuk membuatku melahirkan karya-karya yang suatu saat akan berguna bagi bangsa, negara, serta agama. Amin

Mahasiswa Harus Punya Pergerakan

“Pergerakan Tidak Akan Berhenti Sampai Aku Mati”


Layaknya manusia biasa, mahasiswa juga harus bergerak untuk menunjang kehidupannya. Baik kehidupan sosial maupun kehidupan biologisnya. Bukan hanya manusia, bahkan bumi tempat kita berpijak juga memiliki pergerakan.

Pergerakan menandakan adanya kehidupan yang sehat, bayangkan saja jika dalam sehari saja kita tidak bergerak. Alhasil kesehatan kita akan terganggu. Jika kesehatan sudah terganggu maka dipastikan hal – hal yang lainnya pun pasti terganggu.

Termasuk dalam kegiatan belajar di kampus, kita dituntut untuk aktif dalam kegiatan belajar didalam ruang maupun diluar ruang yang notabene tidak terdapat dalam sks. Keaktifan tersebut dapat dikatakan sebagai sebuah pergerakan, namun pergerakan tersebut harus seimbang antara didalam ruang maupun diluar ruang. Andai saja hanya memberatkan pada salah satu, maka “kesehatan” sebagai mahasiswa akan terganggu.

Realita yang terjadi saat ini banyak mahasiswa yang berdiam diri dengan segala problematika kehidupan kampus atau kehidupan bermasyarakat. Tidak banyak yang sadar dengan statusnya sebagai mahasiswa selalu dikumandangkan dengan agent of change, social control, dan juga iron stock. Namun idealkah jika yang terjadi saat ini mahasiswa tidak banyak melakukan pergerakan? Semuanya cederung statis.

Ada apa dengan mahasiswa saat ini? Mengapa pergerakan dikalangan mahasiswa tidak terasa baik dikalangan internal kampus maupun ekstenal kampus yang langsung terjun ke masyarakat. Hanya Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang dapat menerjunkan mahasiswa ke mesyarakat, itupun karena menjadi mata kuliah wajib yang harus diambil.

Pergerakan tak harus aksi turun ke jalan, berkoar – koar dengan menyuarakan ketidakadilan. Tak hanya itu, namun pergerakan memilki cakupan yang lebh luas. Melakukan diskusi guna membahas masalah – masalah yang ada dan mencari jalan keluar juga termasuk pergerakan. Bahkan seseorang yang hanya menatap layar laptop dan menggerakkan jari-jari untuk menuliskan ide-idenya juga termasuk dalam sebuah pergerakan.

Sejak masa reformasi pergerakan dikalangan mahasiswa mulai menurun, hal ini terlihat dari semakin apatisnya mahasiswa terhadap berbagai macam permasalahan sosial yang dewasa ini semakin memperburuk keadaan bangsa ini.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi turunnya pergerakan dikalangan mahasiswa saat ini, salah satunya yakni merasa tidak ada tanggung jawab terhadap permasalahan sosial. Permasalahan – permasalahan yang ada sudah menjadi tanggung jawab pemerintah. Begitulah pendapat kebanyakan mahasiswa, padahal jika dimaknai secara mendalam, mahasiswa merupakan wakil rakyat tak jauh berbeda dengan wakil rakyat yang duduk diparlemen.

Faktor untuk memperoleh nilai akademik yang tinggi juga menjadi  salah satu penyebab turunnya pergerakan dikalangan mahasiswa. Nilai menjadi indikator keberhasilan dalam akademik walau kadang mereka tidak mengungkapkannya, namun terlihat dari pola tingkah laku yang berorientasi pada nilai semata. Seolah-oleh menjadi tembok penghalang untuk lebih berekspresi dalam sebuah pergerakan-pergerakan yang masiv. Tidak ada yang salah dengan mencari nilai yang tinggi, namun jangan dijadikan nilai sebagai prioritas yang menjadi penghalang lainnya.

Untuk mengembalikan mahasiswa pada khittahnya, hal yang paling mendasar adalah dari kalangan mahasiswa sendiri. Kesadaran akan statusnya perlu dibangun untuk menjadi pondasi dalam menjalani kehidupan sebagai mahasiswa.

Namun, tidak semua mahasiswa dapat sadar sendiri, perlu adanya sesuatu yang menyadarkannya. Dalam hal ini bisa berupa lingkungan maupun agen-agen yang bisa menyadarkannya. Antara lain seperti aktivis-aktivis kampus.

Lingkungan sangat berpengaruh terhadap sesuatu yang ada didalamnya. Apabila lingkungan buruk, cenderung isinya pun buruk, begitu sebaliknya.

Oleh karena itu perlu diciptakanlah lingkungan yang dapat menjadikan mahasiswa sadar akan statusnya. Oleh siapa? Tentunya tidak semua mahasiswa apatis, pastiada mahasiswa yang sangat peduli dengan keadaan yang begitu memilukan ini. Walaupun jumlahnya sedikit, mahasiswa yang peduli tersebutlah yang dapat menciptakan lingkungan yang menyadarkan. Tentunya lingkungan yang menyadarkan dapat membentuk mahasiswa untuk kembali kepada khittahnya dengan pergerakan-pergerakan yang memicu perubahan yang lebih baik.

Sabtu, 08 November 2014

Oke ... Kali ini gue juga bakal ceritain tentang kehidupan gue. but jangan kepo maksimal yaa.
Gue mau aktifin blog gue, gak cuma dengan artikel ilmiah, tapi gue juga mau posting tentang cerita - cerita gue. Titik !!


Selasa, 10 Juni 2014

Gue lagi enak - enaknya tidur nih tiba - tiba aja temen gue dengan inisial mahmud dateng kekosan gue. Tau sih sebenernya dia cuma pengen ngepastiin kalo gue bener - bener punya cewek.
Gue sih udah lama jadian sama cewek gue, tapi gue cuma gak mau cerita cerita aja tentang kisah asmara gue dan cewek gue.

Mahmud : Zal, lo udah masak ? *muka memelas*
Gue : Belum, baru bangun tidur gue. lo masak sana ntar gue minta

Mendengar jawaban gue, si Mahmud langsung letih lemas dan juga lunglai. Maklum dia dua hari belum makan.
Akhirnya dengan segenap keikhlasan gue masak nasi, si Mahmud masak telur #bukan dua pasang telur dia
Setelah semua sudah siap saji dengan menu empat sehat lima sekarat akhirnya gue dan Mahmud sarapan disudut kegelapan.
Disela sarapan si Mahmud cerita tentang cewek dia (ngakunya) dan menghina gue yang katanya gue jomblo. Dengan berat hati gue telfon cewek gue yang hari ini dinesnya siang, soalnya dia lagi praktikum selama satu bulan di sebuah rumah sakit swasta.

Gue : Selamat pagi dek *smiles lebar*
Cewek gue : Pagi kakaaaaaaaak
Gue : Udah sarapan belum dek ?
Cewek gue : Belum kaaak, baru bangun ini (pukul 08.24 am) #buseeeettt
Gue : Sarapan dulu loh nanti sakit dek malah gak praktikum nanti ...

Lagi mesra - mesraan sama cewek gue, terus si Mahmud katanya gak percaya kalo gue punya cewek. Gue pun mengikhlaskan si Mahmud ngobrol sama cewek gue biar dia percaya.
Dia tanya - tanya nama, kuliah dimana, rumah dimana, pokoknya kepo bingits deh.
Cewek gue jawab aja tuh setiap kekepoan si Mahmud.
Setelah kelar si Mahmud ngepoin cewek gue, dengan enaknya dia bilang dia tetep gak percaya kalo gue punya cewek.
Gue sih bodok amat yang penting gue masih langgeng sama cewek gue, ibarat kata mahmud ngoceh gue berlalu.
gue juga tunjukin foto cewek gue sama dia, nih cewek gue

Empat Macam Golongan Manusia

Dalam salah satu taushiyahnya Sayyidul Auliya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani pernah membagi jenis manusia dalam empat bagian besar. pertama; mereka yang hati dan lisannya mati. Kedua, mereka yang mati hatinya namun lisannya bercerita. ketiga mereka yang kelu lidahnya, tetapi hayat hatinya. dan terakhir mereka yang berilmu dan berkarya sesuai ilmunya. 
اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اله إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله.اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أما بعد فياعباد الله أوصيكم ونفسى بتقوى الله فقد فاز المتقون, اتقو الله حق تقاته ولاتموتن ألا وأنتم مسلمون   

Jama’Ah Juma’ah rahimakumullah
Alhamdulillah negara kita telah memiliki pemimpin baru, semoga keberadaan pemimpin baru ini dapat memberi semangat kepada kita kaum muslimin Indonesia khususnya untuk meningkatkan kadar ketaqwaan kita. Karena taqwa merupakan unsur penentu keberhasilan hidup di dunia serta kebahagiaan kelak di akhirat.
Marilah pada kesempatan ini kita bersama-sama berusaha menilai dan menengok kondisi kehidupan ruhaniah kita bersama. Sesungguhnya kondisi ruhaniyah ini sangat berpengaruh pada kinerja lahiriah kita semua. Ini adalah hukum umum yang terjadi pada jamaknya manusia. Tidak peduli dia seorang menteri ataupun kuli, anggota dewan kehormatan maupun anggota perserikatan. Sungguh ini sangat berpengaruh, semoga kita semua diberikan petunjuk menuju jalan yang diridhai-Nya aimen.
Jama’ah jum’ah yan berbahagia
Lantas bagaimanakah cara kita mengkondisikan dunia batiniah kita yang berada di dalam serta menghbungkannya dengan aktifitas keseharian lahiriah? Dalam nasehatnya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani seolah menumpukan kondisi ini pada tiga hal, hati, lisan dan karya. Kondisi hati harus senantiasa hidup dan aktif, sedangkan kondisi lisan sebaiknya selalu pasif dan mati, sedangkan badan harus selalu berkarya dan berkreasi.
Dalam salah satu wasiatnya sebagaimana dinukil oleh Syikh Nawawi Al-Bantani dalam Nashaihul Ibad, Sayyidul Auliya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani pernah berpendapat bahwa tipe manusia dapat dibagi dalam empat kelompok besar:
Pertama, رَجُلٌ لاَ لِسَانَ لَهُ وَلاَ قَلْبَ وَهُوَ العَاصِى العَبِيّ yaitu kelompok manusia yang tidak berlidah dan tidak berhati merekalah para pendurhaka kepada Allah. Maka janganlah kita sampai tergolong seperti mereka, apalagi berteman dengannya. Karena merekalah penghuni sah neraka.
Kedua, رَجُلٌ لَهُ لِسَانٌ بِلاَ قَلْبٍ فَيَنْطِقُ بِالْحِكْمَةِ وَلَايَعْمَلُ بِهَا يَدْعٌو النَّاسَ اِلَى اللهِ تَعَالىَ وَهُوَ يَفِرّ مِنْهٌ  yaitu golongan yang memiliki lisan tetapi tidak berhati. Mereka berbicara dengan manisnya hikmah namun tidak mengamalkannya. Bahkan mereka mengajak orang-orang untuk menuju Allah swt. Tetapi mereka sendiri malah menjauhkan diri dari-Nya. Kepada mereka Syaikh Abdul Qadir mewanti-wanti kepada jangan sampai terbujuk keindahan rangakaian katanya yang dapat membakar mu bahkan dapat pula kebusukan hatinya membunuhmu.
Ketiga, رَجُلٌ لَهُ قَلْبٌ بِلَا لِسَانٍ وَهٌوَ مُؤْمِنٌ سَتَرَهُ اللهُ تَعَالَى عَنْ خَلْقِهِ وَبَصَرِهِ بِعُيُوْبِ نَفْسِهِ وِنَوَّرَ قَلْبَهُ وعَرَّفَهُ غَوَائِلَ مُخَالَطَةِ النَّاسِ وَشُؤْمِ الكَلاَمِ وَهُوَ وَلِيُّ اللهِ تعالى مَحْفُوْظٌ فى سِتْرِ الله تعالى yaitu kelompok memiliki hati tetapi tidak berlisan, merekalah orang mukmin yang disembunyikan Allah swt dari orang lain, serta Allah jaga matanya dengan perasaan hina akan dirinya sendiri. Kepada hati kelompok inilah Allah memberikan cahaya, sehingga mereka mengerti dampak bergumul (terusmenerus) dengan sesama manusia serta bahayanya banyak bicara. Mereka inilah kekasih (wali) Allah swt yang senantiasa disembunyikan Allah (dari khalayak ramai).
Keempat, رَجُلٌ تَعَلَّمَ وَعَلَّمَ وَعَمِلَ بِعِلْمِهِ وَهُوَ الْعَالِمُ بِالله تعالى وايَاتِه اسْتَوْدَعَ اللهُ قَلْبَهُ غَرَائِبَ عِلْمِهِ وَشَرّحَ صَدْرَه لِقَبُوْلِ الْعُلُوْم  yaitu orang-orang yang belajar dan mengajar dan beramal dengan ilmunya itulah orang-orang yang mengerti kebesaran Allah. Oleh karena itulah menitipkan dalam hati mereka berbagai ilmu dan pengetahuan dan juga Allah lapangkan dadanya guna menerima titipan-titpan pengetahuan tersebut.
Maka kepada kelompok terakhir ini jangan sampai kita menjauhinya apalagi menentangnya. Bahkan kalau perlu sering-seringlah mendekatinya agar mendapatkan nasihat yang berguna.
Demikianlah empat macam golongan manusia hasil pengkelompokan Syiakh Abdul Qadi al-Jailani. Tentunya pengelompokan ini merupakan hasil penelitian yang cermat dengan berbagai pertimbangan dhahir dan bathin. Mengingat beliau sebagai seoang sayyidul auliya yang mengetahui dengan persis karakter manusia-manusia yang dicintai maupun dibenci Allah swt.
Selanjutnya Syaikh Abdul Qadir menutup nasihat dan hasil penelitiannya ini dengan sebuah penekanan yang berbunyai:
اِعْلَمْ اَنَّ أَصْلَ الزُّهْدِ الإِجْتِنَابُ عَنِ الْمَحَارِمِ كَبِيْرُهَا وَصَغِيْرُهَا وَاَدَاءُ جَمِيْعِ الْفَرَائِضِ يَسِيْرُهَا وَعَسِيْرُهَا وَتَرْكُ الدُّنْيَا عَلىَ اَهْلِهَا قَلِيْلُهَا وِكَثِيْرُهَا
Ketahuiah bahwa pokok-pokok ajaran zuhud adalah menjauhi berbagai hal-hal yang dilarang (haramkan) Allah swt, baik yang besar maupun kecil. Serta menjalankan berbagai kewajiban (faraidh) baik yang mudah maupun yang susah. Serta menyerahkan urusan dunia kepada para aahlinya (yang berekepentingan) baik urusan kecil maupun urursan besar.  
Keterangan penutup ini seolah memberikan isyarat kepada kita semua bahwa zuhud bukanlah sesuatu yang berat dan spesial yang hanya bisa dilakukan orang-orang tertentu. tetapi zuhud adalah laku alamiah yang dapat dicapai dengan berlatih dan berlatih memulai dari hal yang kecil. Zuhud tidak semata bersifat penghindaran, tetapi juga bersifat pelaksanaan. Dengan melaksanakan berbagai kewajiban syariah sama artinya dengan melatih diri membisakan zuhud.
Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah,
Dari keterangan di atas marilah kita meraba diri kita sendiri, termasuk ke dalam kelompok manakah diri ini. Janganlah kita menilai orang lain dengan mengelompokkan dalam kelompok yang buruk. Karena menganggap orang lain lebih buruk dari diri kita adalah suatu keburukan sendiri.
Demikianlah khutbah jum’ah hari ini semoga Allah swt memposisikan kita dalam kelompok orang-orang yang beruntung dan dicintai-Nya. Walaupun untuk menuju kesana kita sangat mengandalkan petunjuk dari-Nya. Amin

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا.

اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
(red. Ulil H)

Kamis, 26 Juni 2014

Pragmatisme Masyarakat Pada Pemilu

Dinamika politik sangat terasa ketika memasuki tahun 2014, yang merupakan tahun politik. Begitu banyak problematika yang ada mewarnai tahun politik ini, yang digadang – gadang sebagai momentum pergantian kepemimpinan. Mulai dari anggota legislatif dan juga eksekutif.

Salah satu problemaika mendasar pada setiap pemilihan umum adalah sifat mayoritas masyarakat yang pragmatis (David Satria Jaya:2014).
Pragmatis merupakan sebuah sifat yang menginginkan timbal balik secara langsung atau praktis. Realnya dalam pemilu 2014 ini banyak masyarakat yang menginginkan timbal balik berupa materi dari calon – calon yang akan maju sebagai wakil rakyat, baik legislatif maupun eksekutif.

Ada beberapa faktor yang membuat masyarakat menjadi pragmatis terhadap pemilu, antara lain yang pertama adalah masalah tingkat pendidikan yang rendah..
Pendidikan yang rendah merupakan salah satu faktor yang menyebabkan masyaraat menjadi pragmatis. Pola fikir masyarakat tergantung pada tingkat pendidikan masyarakat, baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal.
Masyarakat yang berpendidikan tinggi cenderung lebih bisa berfikir analitis dalam jangka panjang, sedangkan masyarakat yang tingkat pendidikannya rendah pola fikirnya lebih dalam jangka pendek. Hal ini terbukti dari sifat masyarakat berpendidikan rendah yang lebih menginginkan sesuatu dalam segi kepraktisan. Sehingga ketika ada momentum pemilu, masyarakat berpendidikan rendah cenderung memilih calon yang memberikan sesuatu dalam bentuk langsung dan nyata.

Kedua masalah keadaan ekonomi, yang notabene  merupakan salah satu faktor baik atau tidaknya sebuah kehidupan, meskipun bukan merupakan faktor mutlak. Ekonomi yang kuat berimplikasi pada kehidupan yang serba ada tanpa kekurangan, yang dalam hal ini adalah harta benda. Apabila ekonomi lemah, maka akan cenderung mengalami berbagai masalah dalam hal pemenuhan kebutuhan fisik. Hal ini banyak dimanfaatkan oleh para calon wakil rakyat untuk membeli suara dari masyarakat yang berkeadaan ekonomi rendah. Dengan memberi beberapa puluh ribu rupiah kepada satu suara, calon wakil rakyat mengharap mendapat kesempatan besar untuk duduk dikursi parlementer.

Selanjutnya, masyarakat menjadi pragmatis lantaran karena wakil rakyat yang sudah duduk dikursi parlemen tidak dapat dipercaya, tidak dapat menjadi jembatan bagi keinginan – keinginan rakyat.
Masyarakat mengatakan bahwa memilih wakil rakyat satu dengan wakil rakyat lainnya tidak ada perbedaan, keadaan ekonomi tetap rendah. Sejarah kepemimpinan para wakil rakyat yang tidak bisa mewakili keinginan – keinginan rakyat menjadikan rakyat tidak percaya dengan calon – calon wakil rakyat yang akan maju pada periode berikutnya.
Seakan – akan menjadi tradisi, keadaan ini selalu dimanfaatkan untuk memperoleh suara sebanyak – banyaknya. Pemilih lebih suka diberi uang ataupun barang lainnya dari pada harus menjadi pemilih yang amanah, dengan asumsi bahwa keadaan akan tetap sama siapapun yang memimpin.

Sebuah perpolitikan yang tidak  stabil juga menjadi salah satu penyebab masyarakat menjadi pragmatis. “Hari ini mengatakan tidak, esok hari mengatakan iya”. Sebuah kata – kata yang dapat menggambarkan perpolitikan di Indonesia. Kesan buruk akan masuk kedalam fikiran rakyat manakala seorang calon wakil rakyat tidak konsisten dengan kata – katanya. Masalah yang timbu lantaran wakil rakyat tidak konsisten akan berimplikasi terhadap tingkah laku pemilih dalam menentukan pilihan. Ketika semua wakil rakyat tidak konsisten dengan perkataannya, rakyat pemilih akan menjadi apatis terhadap pemilu, apabila ingin memilih maka masyarakat akan menjadi pragmatis. Memilih calon yang member sesuatu yang langsung.

Maka untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu adanya pendidikan politik terhadap masyarakat yang sudah mempunyai hak pilih. Pendidikan politik yang dimaksudkan bertujuan untuk menyadarkan masyarakat bahwa merekalah agen – agen politik, yang jika tanpa mereka maka tidak akan jalan politik yang demokratis. Untuk itu masyarakat harus berperan aktif menjalankan dan mengawal pemilu dengan bersih.

Tidak hanya dari kalangan masyarakat, partai politik pun harus selektif dalam melakukan perekrutan. Tidak hanya siapa yang member uang, merekalah yang masuk. Partai politik saat ini juga cenderung pragmatis dalam melakukan pengkaderan, sehingga yang lahir juga kader – kader pragmatis tanpa adanya pengkaderan diinternal partai politik itu sendiri.

Posting Duit Orang

Kamis, 26 Juni 2014

Pagi ini gue UAS Pengantar Akuntansi, sebuah mata kuliah yang agak kurang gue suka. Jujur, gue lebih suka kata - kata daripada angka - angka kaya akuntansi.
Pukul 08.30 UAS dimulai dengan membaca doa *bagi yang inget dan gue lupa gak baca doa.
Gue sadar kalau gue kurang paham materi akuntansi dan gue juga males - malesan belajarnya.
Malam sebelum UAS gue malah main kartu remi (baca:leng) dengan beberapa kakak tingkat gue yang juga lagi jenuh ngerjain tugas akuntansinya.

"ohh akuntansi, kenapa engkau tak menarik bagiku dan kakak tingkatku ?"

Sebelumnya gue juga bukan anak IPS atau anak SMK ekonomi, gue adalah lulusan sekolah teknik, dengan jurusan teknik komputer dan jaringan, yang biasanya posting berita ke website, sekarang malah posting duit yang gak tau punya siapa ke buku besar *padahal gak besar

Gue lebih suka main bahasa pemrograman daripada mainan duit gak nyata kaya akuntansi itu, mainan kaya gini. Bukan malah posting duit orang yang gak ada orangnya !


walaupun sebenernya gue juga gak ngerti - ngerti banget, tapi gue lebih suka kaya begituan daripada akuntansi yang nggak ngerti substansinya haha.

Baru gue sadar kalau gue masuk jurusan ini karena keadaan dulunya, yaitu karena yang kira - kira bisa nampung gue, soalnya gue sadar kalau gue masuk jurusan teknik, bakal banyak saingan dan massuknya pun lumayan susah.

Harapan gue sih gue bisa semangat belajar,, dan bisa mensyukuri apa yang udah ada pada gue.
dan gue bisa lanjut studi S2 ke Al - Azhar University di Kairo, Mesir. Biar kalo pulang bisa ngajar ngaji. Amin
Doain gue yaa :)

Rabu, 25 Juni 2014

Hedonisme Mahasiswa

Agent of changesocial control, dan iron stock adalah tiga kalimat yang disandang mahasiswa. Seperti sebuah kalimat biasa dalam bahasa Inggris, namun kalimat tersebut memiliki esensi yang begitu dalam. Ketiga kalimat tersebut merupakan tugas-tugas yang harus dijalankan oleh semua mahasiswa tanpa terkecuali.

Agent of change, agen dari sebuah perubahan. Tak hanya perubahan pada kampus sendiri, mahasiswa dituntut untuk melakukan perubahan dalam sendi-sendi kehidupan bermasyarakat. Akar-akar permasalahan dalam kehidupan bermasyarakat harus bisa dicabut oleh mahasiswa. Merubah untuk menjadi yang jauh lebih baik. 

Social control, menjadi kontrol kehidupan bermasyarakat. Bilamana terdapat suatu kekeliruan dalam kampus maupun masyarakat luar, mahasiswa harus bisa mengontrolnya dan membuat kembali kedalam keseimbangan sosial. 

Iron stock, persediaan kaum intelektual. Mahasiswa adalah makhluk yang dianggap sempurna dalam masyarakat. Oleh karena itu mahasiswa dituntut untuk cerdas dalam berfikir dan bertindak. Tidak hanya itu saja, mahasiswa harus mengabdi kepada masyarakat dan peka terhadap sesuatu yang terjadi dalam masyarakat serta mengambil tindakan dengan analisis yang tajam.

Namun seiring majunya zaman, mahasiswa banyak yang mengabaikan tugas dan kewajibannya. Cenderung apatis terhadap segala bentuk permasalahan yang menjera masyarakat umum. Banyak mahasiswa yang hanya kuliah didalam kelas lalu pulang, kemudian datang lagi ketika ada jam kuliah. Begitu miris ketika mengetahui mayoritas mahasiswa tak peduli dengan apapun. Targetnya hanya mendapat IPK besar dan lulus secepatnya, tanpa menoleh sedikitpun terhadap banyaknya masalah sosial yang kerap sudah terjadi, sedang terjadi, dan yang akan terjadi.

Salah satu yang menjadikan mahasiswa apatis adalah mahasiswa hanya mencari kesenangan tanpa mau dengan penderitaan. Atau biasa disebut dengan hedonis, sesuatu yang dianggap baik, sesuai dengan kesenangan yang didatangkannya. Jelas bahwa sesuatu yang hanya mendatangkan kesusahan, penderitaan dan tidak menyenangkan, dengan sendirinya dinilai tidak baik. Mahasiswa yang berfikir seperti ini dengan sendirinya menganggap atau menjadikan kesenangan itu hanya sebagai tujuan hidupnya (Burhanudin, 1997:81).

Sikap hedonis harus dihilangkan jauh-jauh dari kalangan mahasiswa, sebab akan merusak karakter mahasiswa. Menjadikan mahasiswa menjadi tidak aktif dalam berbagai kegiatan yang menunjang kehidupannya kelak. Hedonisme dapat dicegah dan diobati dengan beberapa langkah. Cara pertama yang dapat dilakukan adalah dengan memperkuat keimanan. Iman yang kuat membuat kita menjadi manusia yang peduli. Dan sebuah kepedulian tersebut akan banyak membantu sesama. Mahasiswa juga perlu lebih banyak membaca buku. Semakin sering kita membaca buku, maka akan banyak pula pengetahuan kita. Dengan banyaknya pengetahuan, akan menjadikan kita sering berpikir dan berfikir akan membuat kita semakin peka terhadap berbagai masalah yang ada.

Selain dua hal itu, mahasiswa dituntut berpikir mendalam. Berpikirlah tentang apa yang sudah didapat selama kuliah ini. Pikirkan bahwa ada banyak organisasi baik skala internal kampus maupun eksternal. Begitu banyak organisasi tapi mengapa tidak ikut berkontribusi. Organisasi tersebut adalah sebuah kelas diluar sks yang ada disiakad. Kelas tersebut gratis dengan banyak pilihan sesuai dengan yang diinginkan. Mengapa tidak dimanfaatkan ilmu yang tanpa biaya tersebut. Dengan ikut organisasi maka potensi yang ada dalam diri kita akan terasah dan semakin tajam.

Mahasiswa juga tidak boleh malu. Malu ada tempatnya, jangan pernah malu untuk melakukan sesuatu selagi itu baik untuk diri sendiri dan orang lain. Mayoritas mahasiswa yang menduduki semester atas malu untuk bergabung dalam kegiatan kemahasiswaan yang sebelumnya belum pernah diikuti. Tegapkan badan, busungkan dada. Dan majulah untuk membuat perubahan yang lebih baik tanpa ada rasa malu.

Oleh Erzal Syahreza Aswir