Selasa, 11 November 2014

Mahasiswa Harus Punya Pergerakan

“Pergerakan Tidak Akan Berhenti Sampai Aku Mati”


Layaknya manusia biasa, mahasiswa juga harus bergerak untuk menunjang kehidupannya. Baik kehidupan sosial maupun kehidupan biologisnya. Bukan hanya manusia, bahkan bumi tempat kita berpijak juga memiliki pergerakan.

Pergerakan menandakan adanya kehidupan yang sehat, bayangkan saja jika dalam sehari saja kita tidak bergerak. Alhasil kesehatan kita akan terganggu. Jika kesehatan sudah terganggu maka dipastikan hal – hal yang lainnya pun pasti terganggu.

Termasuk dalam kegiatan belajar di kampus, kita dituntut untuk aktif dalam kegiatan belajar didalam ruang maupun diluar ruang yang notabene tidak terdapat dalam sks. Keaktifan tersebut dapat dikatakan sebagai sebuah pergerakan, namun pergerakan tersebut harus seimbang antara didalam ruang maupun diluar ruang. Andai saja hanya memberatkan pada salah satu, maka “kesehatan” sebagai mahasiswa akan terganggu.

Realita yang terjadi saat ini banyak mahasiswa yang berdiam diri dengan segala problematika kehidupan kampus atau kehidupan bermasyarakat. Tidak banyak yang sadar dengan statusnya sebagai mahasiswa selalu dikumandangkan dengan agent of change, social control, dan juga iron stock. Namun idealkah jika yang terjadi saat ini mahasiswa tidak banyak melakukan pergerakan? Semuanya cederung statis.

Ada apa dengan mahasiswa saat ini? Mengapa pergerakan dikalangan mahasiswa tidak terasa baik dikalangan internal kampus maupun ekstenal kampus yang langsung terjun ke masyarakat. Hanya Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang dapat menerjunkan mahasiswa ke mesyarakat, itupun karena menjadi mata kuliah wajib yang harus diambil.

Pergerakan tak harus aksi turun ke jalan, berkoar – koar dengan menyuarakan ketidakadilan. Tak hanya itu, namun pergerakan memilki cakupan yang lebh luas. Melakukan diskusi guna membahas masalah – masalah yang ada dan mencari jalan keluar juga termasuk pergerakan. Bahkan seseorang yang hanya menatap layar laptop dan menggerakkan jari-jari untuk menuliskan ide-idenya juga termasuk dalam sebuah pergerakan.

Sejak masa reformasi pergerakan dikalangan mahasiswa mulai menurun, hal ini terlihat dari semakin apatisnya mahasiswa terhadap berbagai macam permasalahan sosial yang dewasa ini semakin memperburuk keadaan bangsa ini.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi turunnya pergerakan dikalangan mahasiswa saat ini, salah satunya yakni merasa tidak ada tanggung jawab terhadap permasalahan sosial. Permasalahan – permasalahan yang ada sudah menjadi tanggung jawab pemerintah. Begitulah pendapat kebanyakan mahasiswa, padahal jika dimaknai secara mendalam, mahasiswa merupakan wakil rakyat tak jauh berbeda dengan wakil rakyat yang duduk diparlemen.

Faktor untuk memperoleh nilai akademik yang tinggi juga menjadi  salah satu penyebab turunnya pergerakan dikalangan mahasiswa. Nilai menjadi indikator keberhasilan dalam akademik walau kadang mereka tidak mengungkapkannya, namun terlihat dari pola tingkah laku yang berorientasi pada nilai semata. Seolah-oleh menjadi tembok penghalang untuk lebih berekspresi dalam sebuah pergerakan-pergerakan yang masiv. Tidak ada yang salah dengan mencari nilai yang tinggi, namun jangan dijadikan nilai sebagai prioritas yang menjadi penghalang lainnya.

Untuk mengembalikan mahasiswa pada khittahnya, hal yang paling mendasar adalah dari kalangan mahasiswa sendiri. Kesadaran akan statusnya perlu dibangun untuk menjadi pondasi dalam menjalani kehidupan sebagai mahasiswa.

Namun, tidak semua mahasiswa dapat sadar sendiri, perlu adanya sesuatu yang menyadarkannya. Dalam hal ini bisa berupa lingkungan maupun agen-agen yang bisa menyadarkannya. Antara lain seperti aktivis-aktivis kampus.

Lingkungan sangat berpengaruh terhadap sesuatu yang ada didalamnya. Apabila lingkungan buruk, cenderung isinya pun buruk, begitu sebaliknya.

Oleh karena itu perlu diciptakanlah lingkungan yang dapat menjadikan mahasiswa sadar akan statusnya. Oleh siapa? Tentunya tidak semua mahasiswa apatis, pastiada mahasiswa yang sangat peduli dengan keadaan yang begitu memilukan ini. Walaupun jumlahnya sedikit, mahasiswa yang peduli tersebutlah yang dapat menciptakan lingkungan yang menyadarkan. Tentunya lingkungan yang menyadarkan dapat membentuk mahasiswa untuk kembali kepada khittahnya dengan pergerakan-pergerakan yang memicu perubahan yang lebih baik.

4 komentar:

Thanks for comment